Wednesday, December 10, 2008

Menunggu WiMAX


Hari ini di salah satu harian bisnis ibukota, ada informasi bahwa pemerintah akan segera menggelar tender WiMAX awal tahun depan. WiMAX memang salah satu teknologi nirkabel yang sudah ditunggu-tunggu karena akan ada pilihan teknologi yang lain bagi penyedia jasa telekomunikasi dalam memberikan layanan voice maupun broadband. WiMax atau Worldwide Interoperability for Microwave Access secara teknis adalah pengembangan dari teknologi WiFi dengan cakupan area layanan yang lebih luas. Dalam teknologi WiMAX ini paling tidak ada 2 standarisasi yang diacu secara global yaitu standard 802.16d atau Wimax untuk jaringan tetap (Fixed-WiMAX) dan 802.16e atau WiMAX untuk jaringan bergerak (Mobile WiMAX). Berdasarkan informasi terakhir, pemerintah akan membuka tender untuk kedua standarisasi tersebut. Ada beberapa wacana yang mengemuka dalam persiapan adopsi teknologi ini yaitu keinginan pemerintah untuk menjadikan penggelaran WiMAX ini sebagai batu acuan (millestone) kemandirian penyediaan infrastructure telekomunikasi dalam negeri. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa telekomunikasi adalah sektor yang perkembangannya paling cepat diantara semua sektor yang lain. Sebagai gambaran jasa telekomunikasi terutama telepon seluler sekarang sudah bukan barang sekunder lagi dan pemakainya dari semua golongan masyarakat tersebar ke seluruh pelosok Indonesia dengan tingkat pertumbuhan yang luar biasa. Kenyataan yang lain, infrastructure telekomunikasi saat ini adalah sektor yang padat modal dengan kandungan lokal yang sangat kecil sehingga tentu pasar Indonesia adalah sumber pendapatan yang cukup menggiurkan bagi vendor-vendor asing. Mungkinkah kondisi ini bisa diubah sehingga penggelaran WiMAX nantinya bisa memberi nilai tambah yang lebih besar kepada sumber daya lokal? Itu mungkin yang menjadi tujuan pemerintah dalam proses tender yang akan dibuka Januari tahun depan itu. Langkah pemerintah yang lain adalah memberi waktu kepada vendor lokal kurang lebih setahun terakhir ini untuk melakukan riset dan pengembangan WiMAX dengan meggelontoran bantuan senilai 16 milyar rupiah, sehingga proses tender yang harusnya sudah dilakukan tahun lalu itu tertunda sampai paling cepat awal tahun depan. Informasi terakhir ada beberapa vendor lokal yang saat ini sudah siap dengan solusi WiMAX baik itu chip maupun perangkatnya, beberapa diantaranya adalah PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Inti), PT Hariff Daya Tunggal Engineering (HDTE), PT Dama Persada serta PT Solusindo Kreasi Pratama (Indonesian Tower). Wacana yang lain adalah spektrum frekuensi yang akan diterapkan. Sepertinya pemerintah akan mengalokasikan WiMAX di frekwensi 2,3 Ghz (untuk Mobile WiMAX) dan 3.3 Ghz (untuk Fixed WiMAX) seperti yang tertuang dalam rancangan peraturan menteri tentang WiMAX yang harus selesai sebelum penggelaran tender WiMAX. Kedua spektrum frekwensi ini sebenarnya untuk skala global tidak begitu banyak yang mengadopsi. Regulasi di banyak negara lain lebih memilih menggunakan spektrum 2,5 Ghz dan 3.5 Ghz. Untuk kasus di Indonesia kedua spektrum frekwensi tersebut sudah digunakan oleh transmisi Satelit Cakrawarta dan Satelit TELKOM sehingga dengan berbagai pertimbangan akhirnya dipilihlah spektrum frekwensi 2.3 Ghz dan 3.3 Ghz. Salah satu kekurangan penerapan frekuensi ini adalah terbatasnya ketersediaan perangkat disisi customer dan sistem di pasar global dibandingkan dengan yang bekerja di frekwensi 2,5 Ghz dan 3.5 Ghz. Tetapi kalau memang tujuannya untuk mendorong kemandirian lokal hal ini bisa diterima. Penggelaran WiMAX sekarang, yang secara teknologi bisa disetarakan dengan 4G ini mungkin adalah saat yang tepat, mengingat teknologi Wireless Broadband yang ada saat ini sudah mulai jenuh secara teknologi (baca: 3G-WCDMA dan CDMA-2000 EVDO), sementara teknology 4G (baca: LTE) yang merupakan kelanjutan dari teknologi 3G yang ada sekarang kemungkinan paling cepat tersedia tahun 2010. Pengisian kekosongan ketersediaan teknologi 4G saat ini dan beberapa tahun kedepan adalah peluang yang bisa dimanfaatkan oleh operator dan vendor WiMAX untuk bisa tumbah dan bersaing dengan teknologi W-CDMA maupun EVDO. Namun demikian masih banyak faktor lagi yang bisa membawa suatu teknologi menjadi eksis atau tergusur. Untuk WiMAX ini, kita akan tunggu karena waktulah yang akan membuktikannya.

Tuesday, December 02, 2008

NGN, network masa depan kita



Bagi dunia telekomunikasi dan networking tentu tidak asing dengan istilah ini.. Hampir setiap kesempatan membahas tentang network, istilah NGN selalu mengemuka. NGN adalah singkatan dari Next Generation Network yaitu network yang akan menggantikan network yang ada pada saat ini untuk bisa menanggapi tuntutan layanan masa depan. Dari sini akan timbul banyak pertanyaan yang tidak sederhana. Bagaimana mengganti network yang ada, bagaimana pola migrasinya, pilihan teknologinya, sarana pendukung, interoperabilitas dengan system yang lain, dan tentu business model yang layak diterapkan.
Teknologi memang bisa sangat cepat berubah dan teknologi yang ada menjadi katalisator tumbuhnya teknologi baru, seperti lazim kita dengar bahwa perkembangan peradaban manusia - termasuk teknologi- itu tidak mengikuti deret hitung tetapi deret ukur dan cenderung bergerak dengan besaran eksponensial. Perangkat network yang sebelumnya masih bisa bertahan secara teknologi dan ekonomis selama 10 tahun, sekarang mungkin hanya maksimum sampai 5 tahun saja. Tentu kondisi ini makin menyulitkan pilihan teknologi yang akan diadopsi. Karena itu tantangannya adalah bagaimana migrasi ke NGN dapat sinkron dengan umur teknologi dengan mempertimbangkan besaran biaya yang telah ditanam dan "seamless" dengan pilihan teknologi akhir yang akan dicapai.
Satu-satunya kata kunci yang bisa diacu dalam memilih teknologi NGN adalah konvensi bersama dari komunitas telco maupun IT yaitu "convergence" atau konvergensi. Dalam hal ini adalah konvergensi berlaku untuk platform, layanan dan sarana pendukungnya. Dengan konvergensi ini memungkinkan penggunaan sumber daya bersama yang berdampak pada efisiensi network, kemudahan pengendalian layanan, kemudahan dalam pengembangan dan inovasi fitur layanan dan mempercepat "time to market" fitur-fitur baru.
Secara teknis pilihan teknologi akan mengarah ke IMS (IP Multimedia Subsystem), yaitu suatu model network yang berbasis IP dengan kemudahan penyediaan layanan dengan tidak tergantung pada jenis akses pelanggan. IMS awalnya dikembangkan oleh 3GPP yaitu lembaga yang menyusun stadarisasi W-CDMA sebagai model pengembangan network masa depan. Belakangan IMS ini juga diadopsi oleh ETSI, yaitu lembaga stadarisasi Telekomunikasi Eropa untuk dipakai dalam network PSTN atau dikenal dengan TISPAN. Saat ini standarisasi IMS/TISPAN terus berjalan termasuk harmonisasi antara kedua standard tersebut.
Gambaran besar yang sedang dan akan terus berlangsung adalah bertemunya/konvergensi IT (data/internet) dengan telekomunikasi dalam layanan yang disebut triple-play (data, suara, video). Dengan demikian layanan triple-play ini tentu akan sangat dipengaruhi oleh evolusi yang terjadi dalam dunia IT yang didominasi oleh layanan internet.
Saat ini internet bukan hanya sekedar pertukaran informasi dengan pola client server dengan interaksi terbatas, lebih dari itu telah berubah menjadi media "contents sharing" dan "social networking" dengan pola interaksi yang komplek dimana setiap individu/kelompok adalah agen informasi. Inilah yang disebut fenomena Web2.0. Ini akan terus berkembang. Paralel dengan perkembangan internet tersebut, industri telekomunikasi juga dituntut berubah sebagai konsekuensi dari konvergensi. Wacana yang ada sekarang adalah yang disebut Telco2.0, yang intinya adalah memposisikan industri telekomunikasi untuk bisa suvive dengan paradigma perkembangan di masa depan.
Dalam skala lokal Indonesia, kita melihat belum banyak institusi yang secara nyata mempersiapkan diri di era NGN. PT. TELKOM sebagai institusi utama telekomunikasi, memang sudah mencanangkan visinya yang dikemas dalam tag-line INSYNC2014 atau Indonesia Synchronize 2014 yang tidak lain adalah visi TELKOM dalam era NGN yang diharapkan akan dicapai di tahun 2014. Namun demikian kita masih menunggu langkah-langkah yang lebih kongkrit yang tidak sekedar artifisial belaka.
Mau tidak mau kita sebagai bagian dari masyarakat global kalau tidak ingin tertinggal, harus menyiapkan diri dalam era NGN ini, dimana network dan layanan akan berkembang menjadi bentuk yang mungkin tidak kita bayangkan sebelumnya. Selamat datang NGN!