Thursday, June 21, 2007

Change your mind, be a winner

Tanpa disadari kita sering mengabaikan kesempatan yang lewat di depan kita. Entah itu kesempatan dalam hal mendapatkan pasangan hidup, peluang pekerjaan, peluang bisnis atau peningkatan karir. Kita baru tersadar setelah ada orang lain yang mendapatkan dan kita hanya bisa menyesali nasib. Saya katakan itu bukanlah nasib, tapi kesalahan kita dalam melihat kesempatan. Kita cenderung melihat kesempatan yang sebenarnya sudah siap saji di depan kita, sebagai sesuatu yang bukan milik kita dan kita abaikan...., padahal kesempatan itu adalah milik siapapun yang memang bersedia menerimanya. Disinilah letak kesalahan kita, dan untuk itu perlu ada perubahan ('change') mindset seperti paparan Rhenald Kasali yang inspiratif berikut dan...., bersiaplah be a winner..
--------

"Sebagian besar orang yang melihat belum tentu bergerak, dan yangbergerak belum tentu menyelesaikan (perubahan)." Kalimat ini mungkin sudah pernah Anda baca dalam buku baru Saya,"ChaNge". Minggu lalu, dalam sebuah seminar yang diselenggarakanIndosat, iseng-iseng Saya mengeluarkan dua lembaran Rp 50.000. Ditengah-tengah ratusan orang yang tengah menyimak isi buku, Saya tawarkanuang itu. "Silahkan, siapa yang mau boleh ambil," ujar Saya. Sayamenunduk ke bawah menghindari tatapan ke muka audiens sambil menjulurkanuang Rp 100.000. Seperti yang Saya duga, hampir semua audiens hanya diam terkesima. Sayaulangi kalimat Saya beberapa kali dengan mimik muka yang lebih serius.Beberapa orang tampak tersenyum, ada yang mulai menarik badannya darisandaran kursi, yang lain lagi menendang kaki temannya. Seorang ibumenyuruh temannya maju, tetapi mereka semua tak bergerak. Belakangan,dua orang pria maju ke depan sambil celingak-celinguk. Orang yang majudari sisi sebelah kanan mulanya bergerak cepat, tapi ia segeramenghentikan langkahnya dan termangu, begitu melihat seseorang dari sisisebelah kiri lebih cepat ke depan. Ia lalu kembali ke kursinya. Sekaranghanya tinggal satu orang saja yang sudah berada di depan Saya.Gerakannya begitu cepat, tapi tangannya berhenti manakala uang itudisentuhnya. Saya dapat merasakan tarikan uang yang dilakukan dengankeragu-raguan. Semua audiens tertegun. Saya ulangi pesan Saya, "Silahkan ambil, silahkan ambil." Ia menatapwajah Saya, dan Saya pun menatapnya dengan wajah lucu. Audiens tertawamelihat keberanian anak muda itu. Saya ulangi lagi kalimat Saya, dan Iapun merampas uang kertas itu dari tangan Saya dan kembali ke kursinya.Semua audiens tertawa terbahak-bahak. Seseorang lalu berteriak,"Kembalikan, kembalikan!" Saya mengatakan, "Tidak usah. Uang itu sudahmenjadi miliknya." Setidaknya, dengan permainan itu seseorang telah menjadi lebih kayaRp.100.000. Saya tanya kepada mereka, mengapa hampir semua diam, takbergerak. Bukankah uang yang Saya sodorkan tadi adalah sebuahkesempatan? Mereka pun menjawab dengan berbagai alasan: "Saya pikir Bapak cuma main-main ............""Nanti uangnya toh diambil lagi.""Malu-maluin aja.""Saya tidak mau kelihatan nafsu. Kita harus tetap terlihat cool!""Saya enggak yakin bapak benar-benar akan memberikan uang itu .....""Pasti ada orang lain yang lebih membutuhkannya....""Saya harus tunggu dulu instruksi yang lebih jelas.....""Saya takut salah, nanti cuma jadi tertawaan doang.........""Saya, kan duduk jauh di belakang..."dan seterusnya. Saya jelaskan bahwa jawaban mereka sama persis dengan tindakan merekasehari-hari. Hampir setiap saat kita dilewati oleh rangkaian opportunity(kesempatan), tetapi kesempatan itu dibiarkan pergi begitu saja. Kitatidak menyambarnya, padahal kita ingin agar hidup kita berubah. Sayajadi ingat dengan ucapan seorang teman yang dirawat di sebuah rumahsakit jiwa di daerah Parung. Ia tampak begitu senang saat Saya dankeluarga membesuknya. Sedih melihat seorang sarjana yang punya masadepan baik terkerangkeng dalam jeruji rumah sakit bersama orang-orangtidak waras. Saya sampai tidak percaya ia berada di situ. Dibandingkanteman-temannya, ia adalah pasien yang paling waras. Ia bisa menilai"gila" nya orang di sana satu persatu dan berbicara waras dengan Saya.Cuma, matanya memang tampak agak merah. Waktu Saya tanya apakah iamerasa sama dengan mereka, ia pun protes. "Gila aja....ini kan gara-garasaudara-saudara Saya tidak mau mengurus Saya. Saya ini tidak gila.Mereka itu semua sakit.....". Lantas, apa yang kamu maksud 'sakit'?" "Orang 'sakit' (gila) itu selalu berorientasi ke masa lalu, sedangkanSaya selalu berpikir ke depan. Yang gila itu adalah yang selalumengharapkan perubahan, sementara melakukan hal yang sama dari hari kehari.....," katanya penuh semangat." Saya pun mengangguk-angguk. Pembaca, di dalam bisnis, gagasan, pendidikan, pemerintahan dansebagainya, Saya kira kita semua menghadapi masalah yang sama. Mungkinbenar kata teman Saya tadi, kita semua mengharapkan perubahan, tapi kitatak tahu harus mulai dari mana. Akibatnya kita semua hanya melakukan halyang sama dari hari ke hari, Jadi omong kosong perubahan akan datang.Perubahan hanya bisa datang kalau orang-orang mau bergerak bukan hanyadengan omongan saja. Dulu, menjelang Soeharto turun orang-orang sudah gelisah, tapi takbanyak yang berani bergerak. Tetapi sekali bergerak, perubahan sepertimenjadi tak terkendali, dan perubahan yang tak terkendali bisamenghancurkan misi perubahan itu sendiri, yaitu perubahan yangmenjadikan hidup lebih baik. Perubahan akan gagal kalaupemimpin-pemimpinnya hanya berwacana saja. Wacana yang kosong akandestruktif. "Manajemen tentu berkepentingan terhadap bagaimana menggerakkanorang-orang yang tidak cuma sekedar berfikir, tetapi berinisiatif,bergerak, memulai, dan seterusnya."Get Started. Get into the game. Get into the playing field, Now. Just doit!"Janganlah mereka dimusuhi, jangan inisiatif mereka dibunuh olehorang-orang yang bermental birokratik yang bisanya cuma bicara di dalamrapat dan cuma membuat peraturan saja."Makanya tranformasi harus bersifat kultural, tidak cukup sekedarstruktural. Ia harus bisa menyentuh manusia, yaitu manusia-manusia yangaktif, berinisiatif dan berani maju. Manusia pemenang adalah manusia yang responsif. Seperti kata JackCanfield, yang menulis buku Chicken Soup for the Soul, yang membedakanantara winners dengan losers adalah :"Winners take action...they simply get up and do what has to bedone...". Selamat bergerak!Rhenald Kasali

No comments:

Post a Comment